Memaparkan catatan dengan label Mempertahankan ASWJ. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Mempertahankan ASWJ. Papar semua catatan

Sabtu, 21 Jun 2014

Setiap bidaah adalah SESAT??





Wahabi kata "SETIAP Bidaah adalah sesat" 

Apa jawapan Ulama' Ahlul Sunnah?

IMAM MUJTAHID AS SYAFI'E
Perkara-perkara baru (iatu Bidaah) itu terbagi menjadi dua macam :
Pertama: Perkara baru yang menyalahi al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ atau menyalahi Atsar, perkara baru semacam ini adalah bid’ah yang sesat (Bid’ah Dholalah).
Kedua: Perkara baru yang baru yang baik dan tidak menyalahi satu pun dari al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’, maka perkara baru seperti ini tidak tercela (Bid’ah Hasanah).
(Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dengan sanad yang Shahih dalam kitab Manaqib asy-Syafi’i –Jilid 1- Halaman 469).

SYEIKHUL ULAMA' AL-IMAM IBN HAJAR ASQALANI
Imam Ibnu Hajar Asqalani (rah) mengatakan: Akar kata dari bid’ah (inovasi) adalah apa yang diproduksi tanpa contoh/preseden. Hal ini diterapkan dalam hukum bertentangan dengan Sunnah dan karena itu tercela. Sebenarnya, jika itu adalah bagian dari apa yang diklasifikasikan sebagai terpuji/baik oleh hukum maka itu adalah sebuah “inovasi baik (Bid’ah Hasanah)”, sementara jika itu adalah bagian dari apa yang diklasifikasikan sebagai tercela oleh hukum maka “bid’ah dolalah/tercela (mustaqbaha), selain itu jatuh dalam kategori  “mubah”. Hal ini dapat dibagi ke dalam lima kategori dikenal “” wajib “(wajib),” terlarang “(haram).,” Direkomendasikan “(mandub),” menyukai “(makruh), dan” tak peduli diijinkan “(mubah). 
[Fath ul Bari: Volume 004, No 253 Halaman]

Imam Ibn Atsir
 Imam Ibn Atsir mengatakan: “Bid` adalah dua macam: tawaran `a bimbingan dan tawaran` a dari kesesatan (bid `atu huda wa-bid` atu d.alala). Apapun bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya: yang berada dalam lingkup menyalahkan dan kutukan. Dan segala sesuatu yang masuk ke dalam umum dari apa yang Allah atau Nabi-Nya memuji atau stres: yang berada dalam lingkup pujian. Apapun tidak memiliki preseden seperti kedermawanan ekstrim atau kebaikan – seperti antara tindakan terpuji. Tidak diizinkan bahwa seperti dianggap bertentangan dengan syariat karena Nabi telah menetapkan bahwa seperti akan membawa hadiah ketika ia berkata: “Barangsiapa lembaga praktik yang baik dalam Islam (man sanna fil-islami sunnatan h.asana) memiliki pahala dan pahala dari semua orang yang melakukannya “dan dia berkata, sebaliknya,”. siapapun lembaga praktek yang buruk dalam Islam (waman sanna fil-islami sunnatan sayyi’atan) beruang tanggung jawab dan tanggung jawab dari semua orang yang melakukannya. “[Diriwayatkan dari Jarir Ibn Abd Allah al-Bajali Muslim] tersebut adalah ketika tindakan tersebut bertentangan dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya memerintahkan …. Hal ini dalam arti bahwa hadits “setiap inovasi adalah sesat” [Bukhari, Muslim] dipahami:. Ia berarti, apapun yang bertentangan dengan dasar hukum dan tidak setuju dengan Sunnah “
[Imam Ibnu Atsir, al-Nihayah fi Garib al-Hadits wa al-Athar, Volume 001, Halaman 106-7]

Imam Ibn Hazam Al Zahiri
Ibn Hazam al-Zahiri on bidah Dia Said: Bid `ah dalam Agama adalah segala sesuatu yang tidak datang kepada kita dalam Al-Qur’an maupun dari Rasulullah, kecuali bahwa seseorang dihargai untuk sebagian dan mereka yang melakukan hal ini yang dimaafkan jika mereka memiliki niat yang baik. Dari itu adalah pahala dan sangat baik (hasan), yaitu, apa yang awalnya diizinkan (ma kana as.luhu al-ibah.a) seperti yang diriwayatkan dari Umar (ra): “betapa baiknya bidah ini! “tersebut mengacu pada semua perbuatan baik yang teks diatur dalam syarat-syarat umum keinginan bahkan jika praktiknya tidak tetap dalam teks. Dan itu adalah tercela yang tidak ada alasan seperti apa yang memiliki bukti terhadap ketidakabsahannya. 
[al Ahkam fi Ushul = al-Ahkam, Volume 001, No 47 Halaman]


Hadits yang menjadi acuan utama dalam pembahasan bid'ah adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang bernama 'Irbadh bin Sariyah. Beberapa ahli hadits, seperti Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Tirmidzi meriwayatkan hadits tersebut dengan sedikit perbedaan matan (teks hadits).

Berikut kami kutipkan hadits tersebut sesuai yang tercantum dalam kitab Al-Mustadrak 'Alash Sahihain (Al-Hakim An-Naisaburi Al-Mustadrak 'Alash Sahihain, Darul Kutubil Umiyah, 1990, Juz.l, hal.176)

'Irbadh bin Sariyah berkata, "Suatu hari selepas shalat Subuh, Rasulullah Shollallahu 'alahi wa sallam memberikan nasehat kepada kami dengan sebuah nasehat yang sangat menyentuh sehingga membuat air mata berlinang dan hati bergetar.Maka seorang sahabat berkata, "Duhai Rasulullah, nasehat tadi sepertinya sebuah nasehat perpisahan, lantas apa yang engkau amanatkan kepada kami?" Maka Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:

"Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada pemimpin) meskipun (yang memimpin kalian) seorang budak Habasyi, sebab sesungguhnya siapa pun di antara kalian yang masih hidup (sepeninggalku), maka ia akan melihat berbagai perselisihan. Oleh karena itu hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunahku dan sunah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk (Allah). Pegang erat sunah tersebut dan gigitlah dengan gigi geraham. Berhati-hatilah kalian terhadap muhdatsatil umur (hal-hal baru), karena sesungguhnya semuamuhdats (yang baru) itu bid'ah dan semua bid'ah adalah sesat. (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Tirmidzi)

Kalimat terakhir dari sabda Rasulullah shallalldhu 'alahi wa sallam di atas inilah yang menjadi dasar sebagian orang untuk mencela amalan para salaf dan para wali. Oleh karena itu, agar tidak terjadi salah penafsiran atas ucapan Rasulullah shallalldhu 'alahi wa sallam di atas, mari kita simak penjelasan imam Nawawi radhiyallahu 'anhu berikut:

Imam Nawawi radhiyallahu 'anhu berkata:


Sabda Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam " Dan setiap bid'ah adalah sesat" merupakan hadits yang 'Am Makhshush. Dan yang dimaksud dengan bid'ah dalam hadits tersebut adalah sebagian bid'ah".

Para ulama sebagaimana imam Nawawi radhiyallahu 'anhu sepakat menyatakan hadits di atas merupakan hadits yang bersifat 'Am Makhshush'. 'Am Makhshush' artinya sesuatu yang bersifat umum akan tetapi keumumannya dibatasi oleh beberapa pengecualiaan. Salah satu contohnya adalah ucapan Nabi Khidir 'Alaihissalam menjelaskan kepada Nabi Musa 'Alaihissalam alasan mengapa beliau merusak kapal. Allah Ta'ala mewahyukan:
Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka I ada seorang raja yang merampas semua bahtera. (Q5. Al-Kahfi, 18:79)

Dalam ayat di atas secara jelas Nabi Khidir 'Alaihissalm menyatakan bahwa alasan beliau merusak kapal tersebuf adalah karena di tepi laut sana ada seorang raja yang merampas paksa semua kapal. Jika kata "semua kapal diartikan secara umum, maka semua kapal, apapun jenis dan keadaannya akan dirampas. Lalu apa manfaataya kapal itu dirusak? Supaya kapal tersebut tidak dirampas oleh Raja. Inilah yang dimaksud dengan “Am Makhshush'. Kata Kullu (semua) dalam ayat di atas bersifat 'Am Makhshsush artinya semua (akan dirampas) akan tetapi dengan pengecualian, yakni kecuali kapal yang rusak atau kapal yang tidak bagus Demikian pula kata "semua" pada hadits di atas memilik arti semua bid'ah sesat, kecuali bid'ah yang tidak bertentangan dengan syariat. Penjelasan di bawah ini membuktikan bahwa hadits diatas bersifat 'Am Makhshush’

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nasai dan Ibnu Majah, dari Jabir bin 'Abdullah Al-Bajili radhiyallahu 'anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:



“Barang siapa di dalam Islam membuat sebuah sunah yang baik, maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengamalkan sunah itu setelahnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa di dalam Islam membuat sebuah sunah yang buruk, maka ia memperoleh dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa sedikitpun mengurangi dosa mereka”.

Hadits di atas merupakan hadits sahih. Imam Nawawi radhiyallahu 'anhu ketika menjelaskan hadits di atas berkata:

“Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk memberikan contoh awal dalam berbagai kebaikan dan membuat sunah-sunah yang baik serta terdapat peringatan untuk tidak membuat hal-hal yang batil dan buruk”.
“Dalam hadits ini juga terkandung pengecualian atas sabda Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam, "Semua yang baru adalah bid'ah dan semua bid'ah adalah sesat." Yang dimaksud hal-hal baru yang sesat adalah hal-hal baru yang batil (buruk) serta bid'ah-bid'ah yang tercela.”

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda: Barang siapa membuat sesuatu yang baru dalam masalah (agama) kami ini, yang tidak bersumber darinya (agama), maka ia tertolak. (HR Bukhari)

"Barang siapa membuat sesuatu yang baru dalam masalah (agama) kami ini, yang tidak bersumber darinya (agama), maka dia tertolak." (HR Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad)


Dalam riwayat Muslim juga disebutkan bahwa Rasullullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda: Barang siapa mengamalkan sebuah amalan yang padanya tidak ada urusan (agama) kami, maka ia tertolak. (HR Muslim) Ketika menjelaskan hadits di atas, Ibnu Rajab radhiyallahu ‘anhu berkata:

"Hadits ini secara tekstual menunjukkan bahwa amal yang tidak ada perintah Asy-Syari' (Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam) adalah tertolak. Akan tetapi secara tersirat (pemahaman) hadits ini menunjukkan bahwa semua amalan yang padanya terdapat perintah Asy-Syari' (Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam) adalah diterima. Yang dimaksud dengan perintah Asy-Syari' (Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam) dalam hadits ini adalah agama dan syariatnya. Al-Hafidz 'Abdullah Al-Ghimari radiallahu ‘anhu menjelaskan:

Hadits ini merupakan pengecualian bagi hadits bid'ah adalah sesat" sekaligus menjelaskan arti bid'ah yang sesat sebagaimana tampak jelas dalam hadits tersebut. Sebab seandainya semua bid'ah adalah sesat tanpa pengecualiaa tentu haditsnya akan berbunyi, "Barang siapa membuat sesuatu yang baru maka ia tertolak." Akan tetapi ketika Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda: "Barang siapa membuat sesuatu yang baru dalam masalah (agama) kami ini, yang tidak bersumber darinya (agama), maka dia tertolak." (HR Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad)”.

Maka sabda beliau shallallahu 'alahi wa sallam ini memberikan pengertian bahwa hal-hal yang baru terbagi menjadi dua, pertama adalah segala hal yang baru yang tidak berasal dari agama dan ia bertentangan dengan kaidah dan dalil-dalil yang terdapat dalam agama. Hal-hal baru semacam ini adalah tertolak. Inilah yang dimaksud dengan bid'ah dhalalah (sesat). Kedua adalah semua yang baru yang berasal dari agama, yaitu yang bersumber dari agama atau diperkuat oleh dalil-dalil yang berasal dari agama, hal baru seperti ini adalah benar dan diterima dan inilah yang dinamakan sunnah hasanah (baik). (Al Hafidz Abdullah Al Ghimari da;am Itqanush shunah fi tahqiqi ma’nal bid’ah(

Sumber: Ahlul bid'ah Hasanah: Habib Novel bin Muhammad Al Alaydrus

Selasa, 17 Disember 2013

Penjelasan tentang ajaran syiah secara ringkas






Siapakah itu syiah?Mungkin anda yang sedang membaca ini sudah mengatahui tentang syiah ini sudah tahu sedikit tentang ia. Tetapi adakah mereka sesat? Atau masih boleh dikira sebagai Saudara kita? Isu ni memang penting bagi setiap ahlul Sunnah wal jamaah untuk mengambil tahu 

Ini kerana mereka ini sangat licik, pandai menipu dengan method taqiyya iatu menipu bila terdesak. Bila kita tanya mereka kamu sesat? Mereka akan kata kami seperti kamu. Apabila mereka pulang, mereka kembali jadi sesat.

Dengan izin Allah, semoga post ini dapat memberikan kita imej yang jelas tentang fahaman syiah. Tetapi Oleh kerana, syiah ini adalah satu topik yang sangat panjang. Saya akan cuba terbaik untuk meringkaskannya. 

Asal usul syiah 

Syiah iatu dari perkataan "syiAli" yang bermaksud Parti Ali adalah puak yang taksub dengan Sayyidina Ali. Bagi mereka, Ali yang layak menjadi khalifah dan bukan Abu Bakar dan Umar (RA). Mereka timbul masa Zaman khalifah usman. Ada yang mengatakan syiah dicipta Oleh seorang yahudi yang bernama Abdullah Ibn Saba. Malah syiah menolak tuduhan itu. Tetapi yang peliknya. Nama Abdullah Ibn Saba Ada di dalam kitab mereka.

Mereka adalah golongan yang kononnya cinta kepada ahlul bayt iatu keluarga Nabi SAW. Maka mereka sampai tahap taksub kepada imam 12 mereka. 

Siapakah 12 imam tu?

12 imam adalah keturunan Nabi saw. Bermula dari Sayyidina Ali turun ke anaknya Sayyidina Hassan dan ke Hussein dan hinggalah imam Mahdi. Tetapi versi imam mahdi syiah adalah sangat berbeza dari kita. Maka mereka terlalu taksub dengan mereka hingga mereka menyembah mereka.

Dari kata "ya ALLAH." Mereka kata "ya ali" Nauzubillah 

Antara kesesatan syiah

Syiah sudah difatwakan sebuah fahaman yang menyelewengkan dan sesat. Ini berdasarkan dengan kitab-kitab mereka juga ulama' mereka yang tidak diragui sudah terkeluar dari Islam. Nauzubillah 

Kitab mereka yang penuh dengan kesesatan adalah usul-al- kafi yang mereka kata kitab tu yang paling terbaik.

1. Meletakkan imam 12 sama taraf dengan kedudukan Allah swt

Mereka terlalu taksub dengan iman mereka lalu mengatakan bahawa mereka tau yang Ghaib. Mereka tahu tentang masa depan. Ini sudah syirk yang jelas kerana tidak ada yang tahu masa depan melainkan Allah.  

Mereka juga mengatakan bahawa Sayyidina Ali adalah yang Maha kuasa di Hari Kebangkitan. Jelas kufr. 

Ini adalah salah satu kepercayaan mereka terhadap 12 imam mereka.
1. Imam adalah maksum (Usul -e - Kafi Vol 1)
2. Mereka boleh tentu halal/haram (Usul -e - Kafi Vol 1 )
3. Lebih mulia dari ambiya (para Nabi) termasuk Rasulullah SAW (Usul -e - Kafi)




2. Mengkufurkan sahabat Dan isteri Nabi SAW

Ini lah yang suka dilakukan syiah yakni mengkufurkan dan melaknat sahabat nabi. Bukan mereka sahaja, tetapi isteri Rasulullah, Aisyah RA, mereka boleh laknat. 

Sedangkan kita tahu. Mereka adalah orang yang mulia selepas Rasulullah SAW. Sayyidina Abu Bakar As Sidiq, Umar Ibn Al Khattab, Uthman Ibn Affan RA sudah dijanjikan syurga oleh Rasulullah SAW sendiri! Mereka mengkafirkan orang ahli jannah!

Maka ini jelas membuktikan syiah sudah sesat. 

1. Abu Bakar Dan Umar adalah kafir. (Rujukan kitab Haqqul Yaqeen - P552)
2. Abu Bakar Dan Umar masuk jahannam (Rujukan kitab Haqqul Yaqeen - P509 - 510)
3. Laknat lah mereka ketika dalam solat (Kitab Ainul Hayaa P559)
4. Semoga laknat bagi Aysha Dan Hafsa juga kepada ayah mereka (kitab Maqbool Dehlavi - Imaam Baqir- Surah Ali Imraan : 134)
5. Aysha RA adalah munafiq (Hayatul Qutub)


3. Quran itu tidak sempurna

Syiah juga mengatakan bahawa al Quran yang kini kita pegang adalah Quran yang tidak sempurna. Menurut mereka, Quran yang sebenar sudah diubah suai oleh Abu Bakar RA sebab kononnya ayat itu mengatakan tentang Ali. Maka ini jelas mereka telah sesat! Kita wajib yakin Quran itu sempurna dan tidak di ubah suai. Sebab Allah sudah janji untuk memperlihara Al Quran!

1. Quran sebenar ada 17,000 ayat tetapi Quran cuma ada 6000+ (rujuk kitab Usul Kafi P671)
2. Quran kini tidak sempurna (kitabFaslul Kitaab fi Tahrif)
3. Ayat tentang Ali dibuang (Tafseer of Saafi- 1- 32)
4. Syiah Ada quran sendiri (Usul-e-Kafi)

4. Mengkufurkan ahlul Sunnah wal jamaah 

Jika syiah boleh mengkafirkan sahabat Nabi yang sudah dijanjikan syurga. Apakah lagi kita? 

1. Tidak boleh nikah dengan Sunni sebab mereka kafir (Tahdhidul Akaam/ Ibid Vol 3 P258)
2. Sunni dicipta dari tanah jahannam 
(Usul - e- Kafi)
3. 4 imam sunni iatu Imam Hanafi, Syafie, Hanbali, Maliki adalah anjing (Tazkiratul Aimma P102- Baqir majlasi)

5. Hukum hakam yang mengarut 

1. Nikah mutaah 
2. Menambah dua kalimah syahadah Laa ilaaha illaahu Muhammadur Rasulullaah -Alli waliyullah, Khomeni Hujjatulillaah
3. Menambah azan Ash Hadu Anna - alian Waliullah Wasu Rasulullah was Khalifatu hu bila faslrin"
4. Solat yang berbeza 
5. Wudu' yang berbeza 
6. Gunakan Quran sendiri dan tafsir sendiri
7. Tolak hadis ASWJ seperti Bukhari 

Pandangan ulama' Sunni tentang syiah 


Imam Malik berkata : “Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam”

Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )


Al Qurtubi berkata "siapapun yang menghina seorang sahabat atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang Allah, Tuhan seru sekalian alam dan membatalkan syariat kaum Muslimin”. (Tafsir Al Qurthubi, 16-297).

Imam Ahmad berkata " saya berpendapat bahwa dia bukan orang Islam”.  Al Khalal / As Sunnah, 2-557).

Imam Ghazali berkata "namun ia tetap berkeyakinan bahwa para sahabat itu kafir, maka orang semacam ini adalah kafir. Karena dia telah mendustakan Rasulullah. Sedangkan orang yang mendustakan satu kata saja dari ucapan beliau, maka menurut Ijma’ kaum Muslimin, orang tersebut adalah kafir”.

(Fadhoihul Batiniyyah, halaman 149).


Ibn Taymiyya berkata "Dan tidak ada perselisihan pendapat tentang kekafiran orang semacam ini”

(Ash Sharim AL Maslul, halaman 586-587).